DENPASAR - Made Richy, seorang jurnalis yang peduli terhadap dunia literasi, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah.
Padahal, novel-novel Indonesia semakin beragam dan berkualitas, baik dari segi tema maupun gaya penulisan.
Baca juga:
Gamawan Fauzi: Semua Ada Akhirnya
|
Penulis-penulis seperti Tere Liye, Dee Lestari, Eka Kurniawan, dan Ahmad Tohari berhasil menghadirkan karya-karya yang mengangkat berbagai isu sosial, budaya, hingga sejarah dengan cara yang menarik dan mendalam. Namun, karya mereka belum sepenuhnya mendapat apresiasi yang layak dari masyarakat.
Pengetahuan yang mendalam sering kali lahir dari kebiasaan membaca, tetapi minat baca di Indonesia cenderung rendah jika dibandingkan dengan negara lain.
Baca juga:
Ernest, Apa itu Dunguh?
|
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, seperti akses terhadap buku yang terbatas, harga buku yang mahal, hingga pengaruh media sosial yang lebih menarik minat masyarakat. Alhasil, buku, terutama novel, kerap terpinggirkan di tengah gempuran hiburan digital yang lebih instan dan mudah diakses.
Di tengah rendahnya minat baca ini, novel Indonesia berpotensi menjadi jendela pengetahuan dan refleksi sosial yang sangat bernilai.
Sayangnya, masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya membaca sebagai cara untuk memperluas wawasan. Made Richy menegaskan bahwa membaca adalah jembatan menuju pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan.
Buku bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda.
Sebagai seorang jurnalis yang juga bercita-cita menjadi novelis, Made Richy berharap dapat berkontribusi dalam meningkatkan minat literasi.
Meskipun profesinya menuntut fokus pada berita harian, ia melihat bahwa menulis novel bisa menjadi cara untuk menyampaikan nilai-nilai dan pandangan hidup kepada pembaca.
Baca juga:
Tony Rosyid: Kudeta Airlangga, Berhasilkah?
|
Dengan menciptakan karakter dan cerita yang kuat, ia berupaya membuat karya yang mampu menyentuh hati dan pikiran pembaca, sehingga membangkitkan keinginan untuk terus membaca dan memahami dunia.
Menurut Made Richy, tantangan dalam meningkatkan minat literasi memang tidak mudah, tetapi dengan komitmen dan dedikasi dari berbagai pihak, perubahan bisa terjadi. Ia mengajak masyarakat untuk mulai dari langkah kecil, misalnya dengan membaca satu buku dalam sebulan.
Baginya, pengetahuan dan wawasan adalah kekayaan sejati, dan membaca adalah kunci untuk meraihnya. (Tim)